disrupsi.id - Kairo | Pemerintah Mesir memulai pembangunan tembok dekat perbatasan dengan Gaza sebagai respons terhadap potensi serangan darat dari militer Israel. Langkah ini menciptakan kekhawatiran bahwa operasi militer Israel dapat mendorong pengungsi perang keluar dari Palestina.
Pekerjaan konstruksi yang dimulai awal bulan ini telah dilaporkan oleh Associated Press, New York Times, dan media lainnya, yang mengutip penggunaan foto-foto satelit sebagai bukti pembangunan. Tembok tersebut diperkirakan setinggi 7 meter.
Meskipun para pejabat Mesir menolak untuk membahas tujuan proyek tersebut, laporan menyatakan bahwa tembok tersebut bisa berfungsi sebagai "zona penyangga yang dibentengi" untuk mengakomodasi warga Gaza yang melarikan diri dari operasi militer Israel yang direncanakan.
Sejak perang dimulai pada Oktober, diperkirakan 1,4 juta warga Gaza mencari perlindungan di Rafah, tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil yang melarikan diri dari genosida rezim kolonial Zionis.
Meskipun Kairo bersikeras tidak akan memaksa pengungsi Palestina masuk ke wilayahnya, mereka tampaknya bersiap menghadapi kemungkinan krisis kemanusiaan yang dapat membahayakan perjanjian perdamaian mereka dengan Israel.
Pada saat yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menegaskan bahwa IDF tidak akan mencoba memaksa warga Gaza masuk ke Mesir, sambil menekankan pentingnya perjanjian perdamaian antara kedua negara.
“Kami menghormati dan menghargai perjanjian perdamaian kami dengan Mesir, yang merupakan landasan stabilitas di kawasan serta mitra penting,” ujar dia.
Pernyataan ini muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan rencana evakuasi warga sipil dari Rafah dan menghancurkan Hamas di Gaza. Tembok yang dibangun oleh Mesir, yang diyakini akan menutup area seluas lima kilometer persegi di zona penyangga dekat perbatasan selatan Gaza, memiliki tinggi sekitar lima meter. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.