Etalase Barang Impor Luxury

PT KAI Divre 1 Sumatra Utara: Membangun Kembali Kepercayaan

Circa 2000-an, saat kereta api menjelma medan pertempuran.


Di tahun itu, saya harus bolak-balik dari Tanjungbalai menuju ibu kota Sumatra Utara untuk mengikuti bimbingan belajar sekaligus survei kecil-kecilan, kampus macam apa yang akan saya tuju selepas menanggalkan seragam putih abu-abu. 

Semangat menggebu-gebu ingin jadi mahasiswa baru, sudah tak terbendung. Namun, perjalanan naik kereta api menuju Medan yang konon masuk dalam daftar kota metropolitan, benar-benar mengukir nestapa.

Saya harus melalui proses yang tak mudah untuk mendapatkan tiket kereta.

Diawali dari antrian panjang nan semerawut, serobot sana, terabas sini. Saat ingin bersorak lega karena hampir mencapai loket, seketika ditampar realita, calo tiket muncul entah dari mana, menyalip antrian paling depan, menyodorkan lembaran rupiah pada kasir. 

Ajajb! Sebanyak dua puluh tiket ada di tangan, sementara saya dibiarkan terpaku menatap ketidakadilan: kombinasi antara marah dan bingung. Marah pada petugas Perusahaan Jawatan Kereta Api (sebelum namanya berganti jadi Kereta Api Indonesia), pada gerombolan calo, pada calon penumpang yang ikut berkontribusi memoncerkan kecurangan, dan, bingung melihat kebobrokan yang terstruktur.

Masalah selesai? Belum. Karena kekacauan yang terjadi di jalur antrian tiket hanyalah sebuah pemanasan. Ibarat permainan Benteng Takeshi, para peserta masih harus menghadapi rintangan selanjutnya untuk keluar sebagai pemenang.

Kemudian, di dalam gerbong, pertempuran sebenarnya dimulai. Kala itu, saat tiket sudah di tangan, para penumpang wajib berlari ke dalam gerbong untuk berebut kursi. Jika tak bergegas, maka penumpang lain yang tak kebagian tiket (ilegal), akan menempati kursi yang tiketnya sudah anda beli (legal). Istilahnya, bayar di atas. Walhasil, penumpang yang punya tiket resmi siap-siap melantai dan berdesakan di pintu gerbong.

Selain itu, penumpang juga harus bertarung melawan penguasa gerbong (pengamen dan para penjaja makanan), agar bisa duduk dengan tenang.

Masalah yang lebih krusial lagi adalah, petugas terus menaikkan penumpang dari setiap stasiun, meski keadaan gerbong sudah over capacity alias kelebihan muatan. Akibatnya, kursi untuk tiga penumpang, dengan upaya geser sana geser sini, dipaksa jadi empat penumpang. Sisanya, banyak penumpang yang berdiri di gang (aisle), yang berpotensi menghalangi akses keluar masuk. Kondisi mengerikan ini diperparah lagi dengan kedatangan rombongan pengamen yang hilir mudik, sungguh menambah riuh dan gaduh.

Jangan tanyakan soal sanitasi, karena kebersihan tak jadi perioritas di sini. Bayangkan, tatkala air macet, sementara penumpang tak segan-segan buang hajat, otomatis toilet menguarkan semerbak yang aromanya bikin mata berair dan kepala pusing. Kondisi gerbong yang sesak, kotor, bising, tanpa pendingin (AC), dan bau, merupakan potret buram kereta api Sumatera Utara kala itu.

Perjalanan lima jam lebih dari Tanjungbalai-Medan ibarat bergerilya di medan pertempuran, namun sukar sekali untuk dimenangkan.

Dengan kata lain, nyaris tak pernah ada hal menyenangkan saat menggunakan moda transportasi kereta api. Namun naik bus atau sepeda motor juga bukan pilihan. Selain ongkosnya mahal, perjalanan menggunakan dua jenis transportasi ini sukses bikin jantung berdegup kencang. 

Namun, perlahan tapi pasti, PT KAI Divre 1 Sumatra Utara terus berbenah dan melakukan revitalisasi demi memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya. 

Menurut Manager Humas Divre I SU Anwar Solikhin, kereta api makin bergiat dengan berbagai inovasi demi menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, agar tak ketinggalan dari moda transportasi lainnya.

Sekira tahun 2013, berbagai perubahan dan renovasi telah dilakukan di berbagai aspek, mulai dari layanan, infrastruktur, hingga digitalisasi.

PT KAI Divre 1 Sumatra Utara membangun stasiun yang lebih cantik, mewah, dan instagramable. Stasiun Medan telah direnovasi besar-besaran dengan desain modern dan area yang lebih luas. Stasiun lainnya seperti Tebing Tinggi, Kisaran, Rantau Prapat, dan Pematang Siantar pun tak luput dari perbaikan dan renovasi. Kini, stasiun-stasiun tersebut tampil lebih bersih, nyaman, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern seperti ruang tunggu yang nyaman, toilet modern, dan area komersial yang menarik.

Selain itu, PT KAI Divre 1 Sumatra Utara menghadirkan kereta api baru dengan teknologi modern seperti kereta api Sribilah dan kereta api Kualanamu. Kereta api ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang membuat perjalanan semakin nyaman, seperti kursi yang lebih ergonomis, sanitasi yang bersih, AC yang sejuk, dan hiburan audio-visual yang menarik.

"Kami melakukan revitalisasi tak hanya pada hal-hal pisik seperti gerbong dan rel, tapi juga ketepatan, kenyamanan, dan pelayanan yang berkualitas, agar masyarakat setia menggunakan kereta api," pungkas Anwar.

Jika dulu orang membeli tiket harus antri atau mendapatkannya lewat perantara calo, kini tiket bisa dipesan dengan mudah. Sistem pembelian tiket yang praktis melalui e-ticketing membuat calon penumpang tak perlu lagi datang ke stasiun dan berdesak-desakan di loket. Karena PT KAI Divre 1 Sumatra Utara telah menerapkan sistem e-ticketing yang memudahkan penumpang untuk memesan tiket secara online melalui website atau aplikasi KAI Access, atau di toko digital, ataupun di minimarket yang bekerja sama dengan PT KAI.

Adapun berbagai layanan lainnya seperti customer service yang lebih ramah dan informatif, peningkatan kebersihan dan keamanan di stasiun dan kereta api, serta penerapan sistem pembayaran nontunai, semakin meningkatkan kualitas layanan PT KAI Divre 1 Sumatra Utara.

Selanjutnya, untuk meningkatkan kenyamanan dan kelancaran perjalanan, PT KAI Divre 1 Sumatra Utara terus membangun rel ganda di beberapa ruas jalur kereta api. Hal ini terbukti dengan semakin singkatnya waktu tempuh perjalanan kereta api di berbagai rute.

Peningkatan sistem persinyalan juga dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memprioritaskan keselamatan perjalanan kereta api. Sistem ini memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap pergerakan kereta api dan membantu mencegah terjadinya kecelakaan.

PT KAI Divre 1 Sumatra Utara tak hanya fokus pada peningkatan layanan dan infrastruktur di jalur yang sudah ada, tetapi juga membangun jalur baru untuk memperluas konektivitas antar daerah di Sumatra Utara. Jalur kereta api Rantau Prapat - Aek Nabara - Labuhan Batu dan Jalur kereta api Kuala Tanjung - Tebing Tinggi adalah contohnya. 

Jalur-jalur baru ini diharapkan dapat membuka akses ke daerah-daerah terpencil dan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Khusus untuk KAI Access, PT KAI Divre 1 Sumatra Utara menghadirkan aplikasi ini yang berfungsi untuk memudahkan pelanggan melakukan berbagai hal, mulai dari pembelian tiket kereta api, pemesanan tempat duduk, dan check-in online, hingga mendapatkan informasi jadwal kereta api, tarif, dan rute perjalanan. Layanan lainnya seperti pemesanan makanan dan minuman, porter, dan lounge pun tersedia di aplikasi ini.

Upaya serius PT KAI Divre 1 Sumatra Utara dalam melakukan revitalisasi layak diacungi jempol. Perusahaan ini berusaha keras mengusap potret buram kereta api zaman dulu menjadi moda transportasi yang nyaman dan menyenangkan, tentunya dengan harga tiket yang terjangkau.

Transformasi yang dilakukan PT KAI Divre 1 Sumatra Utara tidak hanya berdampak pada kenyamanan penumpang, tetapi juga pada citra perusahaan. Dari yang sempat dipandang sebelah mata, kini PT KAI Divre 1 Sumatra Utara menjadi kebanggaan masyarakat. Dan kenaikan jumlah penumpang menjadi bukti nyata keberhasilan transformasi tersebut.

Dinna F Norris 

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال