Minum Teh Saat Berbuka Puasa: Segar atau Berbahaya?

disrupsi.id - Medan | Bagi banyak orang, teh bagaikan sahabat setia di kala berbuka puasa. Aromanya yang menenangkan dan rasanya yang menyegarkan seolah menjadi penawar dahaga setelah seharian menahan diri. Tapi, tahukah Anda bahwa kebiasaan minum teh saat berbuka puasa tidak selalu dianjurkan?

Bahaya di Balik Secangkir Teh

Menurut dr. Tan Shot Yen, Sp.GK, dokter gizi dan penulis buku kesehatan, teh mengandung tanin, senyawa yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dari makanan. Zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia, yang rawan terjadi saat berpuasa.

Begitupun dr. Nurul Aini Arifin, M.Gz, pakar nutrisi, menambahkan bahwa teh dapat mengiritasi lambung, terutama bagi yang memiliki penyakit maag. Hal ini dikarenakan teh bersifat asam.

Dampak negatif lainnya dari minum teh secara berlebihan dapat meningkatkan dehidrasi. Efek diuretik yang terdapat dalam teh ini dapat memperparah dehidrasi yang sedang dialami selama berpuasa.

Teh juga bisa memperlambat pergerakan usus yang kemudian bisa menyebabkan sembelit alias susah buang air besar. Selain itu, kandungan kafein dalam teh dapat mengganggu pola tidur, terutama jika diminum di malam hari.

Meski demikian anda masih boleh meminum teh saat berbuka, tapi harus tahu kapan saja waktu terbaik minum teh agar tak berpengaruh buruk bagi kesehatan. Tips berikut boleh dicoba:

• Tunggu 15-20 menit setelah makan. Berikan waktu bagi perut untuk mencerna makanan sebelum minum teh.
• Pilih teh herbal. Teh herbal seperti chamomile atau peppermint lebih aman karena tidak mengandung kafein dan tanin tinggi.
• Hindari gula. Tambahkan madu atau stevia secukupnya untuk pemanis.
• Konsumsi secukupnya. Batasi konsumsi teh maksimal 2 cangkir per hari.

Namun minum teh saat berbuka puasa tidak dianjurkan bagi semua orang. Bagi yang ingin menikmatinya, lakukan dengan hati-hati dan perhatikan kondisi kesehatan, jenis teh, dan waktu konsumsi.

Prioritaskan air putih saat berbuka puasa untuk rehidrasi optimal. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk panduan lebih lanjut.

Baca Juga