disrupsi.id - Jakarta | Gelombang panas ekstrem melanda sejumlah negara di Asia dalam beberapa pekan terakhir. Suhu di beberapa wilayah bahkan nyaris mencapai 50 derajat Celsius, menyebabkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan, kehidupan masyarakat, dan sektor ekonomi.
Gelombang panas ini diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa pekan ke depan. Para ahli meteorologi memperingatkan bahwa gelombang panas ini akan menjadi lebih sering dan ekstrem di masa depan akibat perubahan iklim.
Dampak gelombang panas ini tidak hanya terbatas pada kesehatan manusia, tetapi juga ekonomi dan lingkungan. Gelombang panas dapat menyebabkan gagal panen, kebakaran hutan, dan kematian terumbu karang.
Pemerintah di berbagai negara Asia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak gelombang panas ini. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan mendistribusikan air minum, membuka tempat penampungan sementara, dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Masyarakat juga diimbau untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dari dampak gelombang panas, seperti minum air putih yang banyak, memakai pakaian yang longgar, dan menghindari aktivitas luar ruangan pada siang hari.
Berikut ini negara negara di Asia yang mengalami gelombang panas ekstrem
1. Bangladesh
Gelombang panas yang melanda Bangladesh membuat sejumlah sekolah hingga universitas tutup sementara. Sebab, suhu di beberapa daerah kerap melonjak hingga melebihi 42 derajat celsius. Terlebih, kelembapan udara yang tidak menentu juga menambah faktor ketidaknyamanan.
"Karena meningkatnya masuknya kelembapan, ketidaknyamanan mungkin meningkat," ujar Badan Meteorologi Bangladesh seperti dikutip New York Times, Senin (22/4).
2. India
Gelombang panas serupa juga terjadi di negara tetangga Bangladesh yakni India. Suhu panas ini menimbulkan sejumlah tantangan bagi warga India yang sedang mengikuti perhelatan pesta demokrasi terbesar di dunia itu.
Komisi Pemilihan Umum India juga turut menyediakan peralatan pendingin dan air minum guna mencegah terjadi hal darurat selama proses pencoblosan. Suhu ekstrem yang mencapai 42 derajat celsius turut mengancam produktivitas pertanian gandum hingga mengakibatkan sejumlah kabel jaringan listrik rusak terpapar panas.
3. Myanmar
Myanmar menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang turut dilanda gelombang panas ekstrem. Pemerintah junta Myanmar menyebut bahwa suhu di ibu kota baru-baru ini dapat mencapai 46 derajat celsius.
Terlebih, Myanmar sedang mengalami krisis perang saudara dengan sejumlah kelompok pemberontak. Hal itu turut membuat panas situasi yang membuat kedua pihak kerap mengalami kewalahan.
4. Kamboja
Gelombang panas ekstrem melanda salah satu negara anggota ASEAN yakni Kamboja. Media lokal Kamboja Khmer Times, menyebut bahwa Negeri Angkor Wat tersebut mengalami panas paling ekstrem dalam beberapa tahun terakhir.
Juru bicara Badan Meteorologi dan Sumber Air Kamboja Chan Yuta, menyatakan bahwa suhu diperkirakan dapat mencapai 42 derajat celsius dalam beberapa pekan ke depan. Yuta juga mengungkap bahwa suhu ekstrem akan terjadi selama beberapa minggu dan diprediksi akan turun pada Mei mendatang.
5. Thailand
Negara tetangga Kamboja, Thailand juga mengalami kejadian serupa. Pihak berwenang mengeluarkan peringatan panas ekstrem diperkirakan mencapai lebih dari 52 derajat celsius di sejumlah wilayah. Sedangkan di ibu kota Bangkok mencapai 40,1 derajat celsius per Rabu (24/4).
Bahkan, sebanyak 30 orang dikabarkan tewas terkena serangan panas sejak Januari hingga April 2024.
6. Filipina
Negara tetangga RI, Filipina juga dikabarkan terkena serangan gelombang panas ekstrem di sejumlah wilayah. Gelombang panas ekstrem terjadi selama beberapa pekan terakhir hingga menyebabkan ribuan sekolah tutup.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Filipina seperti dilansir dari CNA, menyatakan suhu di Manila dapat mencapai 38,8 derajat celsius. Sedangkan kota lainnya dapat mencapai indeks panas hingga 45 derajat celcius. Indeks panas itu juga mengukur seperti apa suatu suhu dengan pertimbangan tingkat kelembapan. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.