disrupsi.id - Jakarta | Bank Indonesia (BI) tengah mempersiapkan langkah strategis guna mendukung program pemerintah terkait Makan Bergizi Gratis (MBG), yang resmi diluncurkan pada 6 Januari 2025. Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat ekosistem keuangan yang inklusif.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan pentingnya dukungan lembaganya terhadap inisiatif tersebut. Menurutnya, program MBG mampu menciptakan dampak positif bagi ekonomi masyarakat, khususnya dalam membangun ekosistem keuangan yang lebih merata.
“Kami sedang mempersiapkan dukungan untuk program makan bergizi gratis. Ini adalah langkah yang sangat baik dalam membangun ekosistem keuangan yang inklusif,” ujar Perry saat menyampaikan laporan ekonomi tahunan dalam acara Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2024, Rabu (22/1).
Bank Indonesia juga bekerja sama dengan 46 kantor perwakilannya di seluruh Indonesia untuk memastikan keberhasilan implementasi program ini. Perry mengungkapkan, diskusi intensif terus dilakukan untuk merancang strategi yang efektif dalam mendukung penyaluran manfaat MBG secara luas.
Namun, tantangan utama adalah keterbatasan anggaran. Dari target pemerintah yang ingin menjangkau 82,9 juta penerima manfaat, anggaran dalam APBN 2025 sebesar Rp71 triliun hanya mampu mencakup 15 juta hingga 17,5 juta penerima.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa tambahan anggaran sebesar Rp100 triliun diperlukan untuk memenuhi target penerima MBG hingga akhir tahun. “Dengan tambahan tersebut, kami optimis program ini dapat menjangkau seluruh 82,9 juta penerima manfaat,” kata Dadan.
Dadan juga menyebutkan bahwa usulan tambahan anggaran telah dibahas dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan mendapatkan tanggapan positif. Kepastian pengalokasian dana tambahan ini masih menunggu keputusan resmi dari Presiden.
Program MBG tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi masyarakat, tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan aktivitas ekonomi lokal melalui pemberdayaan petani dan pelaku UMKM pangan. Dengan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif, roda perekonomian di tingkat akar rumput diyakini akan bergerak lebih dinamis. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.