disrupsi.id - Medan | Penyaluran kredit di Sumatera Utara dalam empat bulan terakhir mengalami pertumbuhan yang kuat, hingga akhirnya mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 17,67 persen yoy, jauh melebihi pertumbuhan kredit Nasional sebesar 10,27 persen yoy.
"Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat, mengindikasikan kemajuan ekonomi yang stabil," kata Kepala OJK Sumut, Khoirul Muttaqien pada kegiatan media update, Selasa (11/3/2025)
Muttaqien menjelaskan pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut ditopang oleh sektor produktif, setelah sebelumnya bergantung pada kredit konsumtif. Jumlah penyaluran kredit produktif mencapai Rp213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang tinggi sebesar 19,52 persen yoy.
"Pertumbuhan ini menunjukkan pergeseran struktur kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, dengan sektor produktif semakin menjadi motor utama ekspansi kredit, mengindikasikan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi," ujarnya.
Peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh kredit Modal Kerja, yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dari total kredit dan tumbuh 24,21 persen yoy. Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 23,55 persen mencatat pertumbuhan 11,12 persen yoy.
"Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Industri Pengolahan, yang mencatatkan jumlah pangsa (25,57 persen) dan pertumbuhan yang substansial (34,44 persen yoy), menjadikannya kontributor utama dalam pertumbuhan kredit periode ini,' jelasnya
Dorongan utama berasal dari subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit, yang tumbuh impresif sebesar 75,06 persen yoy. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut.
"Selain itu, upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di Sumatera Utara turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini. Inisiatif Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi, semakin memperkuat peran subsektor ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif," urainya.
Menurutnya Sektor Listrik, Gas, dan Air mencatatkan pertumbuhan kredit yang tertinggi pada periode ini, mencapai 141,58 persen yoy, menjadikannya salah satu sumber utama pertumbuhan kredit di Sumatera Utara setelah sebelumnya memiliki pangsa yang tidak signifikan.
"Lonjakan ini didorong oleh peningkatan investasi pada proyek subsektor Uap/Air Panas di Kabupaten Deli Serdang serta beberapa proyek ketenagalistrikan di Kota Medan yang membutuhkan pembiayaan besar. Pertumbuhan pesat di sektor ini mencerminkan peningkatan kebutuhan infrastruktur energi di Sumatera Utara, baik untuk mendukung industri maupun memperluas akses energi bagi masyarakat," pungkasnya.
Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hingga Januari 2025, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp80,50 triliun, tumbuh 2,82 persen yoy.
"Sebagian besar kredit dialokasikan ke segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang menyumbang 79,92 persen dari total kredit dengan pertumbuhan 6,27 persen yoy. Sementara itu, segmen Usaha Menengah berkontribusi 20,08 persen terhadap total kredit UMKM," urainya.
Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor perdagangan, perkebunan kelapa sawit, dan pertanian padi, yang berperan penting dalam mendukung produktivitas dan penguatan sektor riil di Sumatera Utara.
"Penyaluran kredit konsumtif terus menunjukkan tren peningkatan, berkontribusi signifikan terhadap pemulihan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara. Hingga Januari 2025, kredit konsumtif tercatat mencapai Rp88,04 triliun, tumbuh 13,41 persen yoy," ujarnya.
Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan konsumen dan akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan. Stabilnya tren pertumbuhan kredit konsumtif dalam setahun terakhir menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat serta pemulihan ekonomi yang semakin solid.
Pertumbuhan kredit konsumtif didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga lainnya dan multiguna, yang tumbuh 16,07% yoy, serta kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar 7,00% yoy dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang naik 14,41% yoy.
"Tren ini mencerminkan solidnya konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara, yang mendapat dorongan dari penyelenggaraan PON serta insentif makroprudensial yang berlanjut, seperti kelonggaran uang muka hingga 0%, insentif pembelian kendaraan listrik, dan program subsidi tiga juta rumah," ucapnya.
Kualitas kredit perbankan pada Januari 2025 tetap berada pada level yang aman, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) net sebesar 0,78 persen, sedikit meningkat dibanding Desember 2024 yang tercatat 0,73 persen.
"Sementara itu, NPL gross tercatat sebesar 1,62 persen, meningkat tipis dari 1,58 persen pada Desember 2024, namun menurun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,93 persen. Perbaikan juga terlihat pada Loan at Risk (LaR), yang turun menjadi 6,39 persen dari sebelumnya 8,18 persen di Januari 2024," kata Muttaqien
Penurunan LaR ini dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi, mencerminkan pemulihan kualitas portofolio kredit perbankan dan pengelolaan risiko yang lebih baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) terus mengalami peningkatan meskipun dengan pertumbuhan yang cukup moderat. Hingga Januari 2025, total DPK yang dihimpun mencapai Rp324,32 triliun, tumbuh 1,36 persen yoy," paparnya.
"Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan Tabungan sebesar 2,88 persen yoy serta Giro yang tumbuh 0,49 persen yoy. Dari sisi struktur, porsi terbesar DPK masih didominasi oleh Tabungan, yang berkontribusi 43,53 persen dari total DPK, diikuti oleh Deposito (40,00 persen) dan Giro (16,47 persen)," bebernya. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.