BACA JUGA:
disrupsi.id – Jakarta | Perekonomian Indonesia tengah menghadapi tantangan serius. Daya beli masyarakat menurun, banyak pekerja terkena PHK, dan lapangan kerja makin terbatas. Kondisi ini diakui langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Menurut Perry, gejolak tersebut menekan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. “Indikator konsumsi kuartal III-2025 masih lemah, ekspektasi konsumen menurun, terutama di kalangan menengah bawah, dan lapangan kerja terbatas,” ujarnya, Rabu (17/9/2025)
Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5: Harapan Baru
Meski situasi tidak mudah, Perry tetap optimistis. Ia meyakini lewat Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5, pemerintah mampu mengangkat kembali daya beli dan membuka lapangan kerja baru. Targetnya, pertumbuhan ekonomi semester II-2025 bisa menembus 5 persen, sehingga secara keseluruhan tahun ini berada di kisaran 4,6–5,4 persen.
Beberapa poin penting dalam paket stimulus tersebut antara lain:
1. Uang saku Rp3,3 juta/bulan bagi fresh graduate yang mengikuti program magang
2. Diskon 50 persen iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk pengemudi ojek online (ojol), ojek pangkalan, sopir, kurir, hingga pekerja logistik
3. Bantuan pangan 10 kg beras selama dua bulan untuk 18,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM)
4. Bebas PPh Pasal 21 bagi karyawan hotel, restoran, dan kafe dengan gaji di bawah Rp10 juta per bulan
5. Stimulus ini didukung anggaran sekitar Rp120 miliar dengan target penerima lebih dari 552 ribu pekerja untuk skema keringanan pajak.
Gelombang PHK yang melanda sejumlah sektor, termasuk industri rokok dan manufaktur, membuat situasi pasar tenaga kerja semakin ketat. Di sisi lain, BI melihat inflasi masih bisa dikendalikan berkat sinergi pemerintah pusat dan daerah.
Perry menegaskan, sinergi kebijakan moneter dan fiskal sangat penting agar paket stimulus benar-benar tepat sasaran. “Pertumbuhan ekonomi akan membaik di semester kedua 2025, dan momentum ini harus dijaga,” tegasnya.
Di tengah pelemahan daya beli dan ancaman PHK, Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 hadir sebagai harapan baru. Dengan kombinasi bantuan tunai, keringanan pajak, dan subsidi kebutuhan pokok, pemerintah berharap konsumsi masyarakat kembali bergairah dan lapangan kerja terbuka lebih luas.
Bagi masyarakat, paket ini menjadi angin segar untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi. (kim)













