BACA JUGA:
disrupsi.id – Jakarta | Aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Selasa, 26 Agustus 2025, meninggalkan jejak panjang. Selain menewaskan seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan, peristiwa ini juga memicu gelombang cancel culture terhadap sejumlah artis dan influencer yang diketahui mendukung pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka (02) pada Pilpres 2024.
Di media sosial, khususnya di platform Twitter/X, beredar daftar boikot yang memuat 48 nama publik figur. Sejumlah selebriti populer seperti Zee Zee Shahab, Citra Kirana, Nagita Slavina, hingga Paula Verhoeven masuk dalam daftar tersebut.
Tak berhenti di situ, netizen juga menemukan jejak digital milik beberapa tokoh lain, yakni Iwan Fals, Slank, Addie MS, dan Ueno Family. Meski awalnya tidak masuk dalam daftar, keempat figur publik tersebut akhirnya ikut ditambahkan sehingga total nama yang diboikot menjadi 52 artis dan influencer.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana cancel culture bekerja di era digital. Praktik sosial ini biasanya muncul dalam bentuk pengucilan, boikot, atau penarikan dukungan publik terhadap figur yang dianggap salah langkah atau kontroversial. Di media sosial, dampaknya bisa sangat cepat: seorang publik figur yang membuat pernyataan tidak populer dapat kehilangan dukungan, pekerjaan, bahkan reputasi hanya dalam hitungan jam.
Gelombang boikot ini masih berpotensi bertambah, seiring kegigihan netizen menggali “dosa digital” artis atau influencer yang dianggap tidak bijak dalam menentukan sikap politiknya. Pada akhirnya, cancel culture mencerminkan dinamika masyarakat digital masa kini, di mana solidaritas publik dan kekuatan media sosial mampu mengubah nasib seseorang atau institusi dalam sekejap. (dfn)
