disrupsi.id – Jakarta | Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Wamendikti Saintek), Stella Christie, menjelaskan secara rinci perbedaan antara Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, dua program pendidikan unggulan yang digagas di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Stella, Sekolah Rakyat diperuntukkan khusus bagi masyarakat dari keluarga miskin hingga miskin ekstrem. Sedangkan Sekolah Garuda ditujukan bagi siswa berprestasi tanpa melihat latar belakang ekonomi.
“Sekolah Garuda berkomitmen memberikan akses kepada mereka yang paling berprestasi dari kalangan manapun, baik dari keluarga miskin, menengah, maupun mampu membayar,” jelas Stella di Gedung Kwarnas, Jakarta, Senin (22/9).
Dua Skema Masuk Sekolah Garuda
Stella menyebut ada dua jalur utama untuk bisa menempuh pendidikan di Sekolah Garuda:
1. Beasiswa penuh bagi siswa kurang mampu, dengan kuota hingga 80 persen dari total murid.
2. Jalur reguler bagi siswa berprestasi yang mampu secara finansial.
Dengan skema ini, Sekolah Garuda tidak hanya memberi peluang bagi anak-anak dari keluarga miskin, tetapi juga menghadirkan ruang kompetisi sehat bagi seluruh siswa terbaik di Indonesia.
Empat Sekolah Garuda Baru Siap Beroperasi
Tahun ini, Kemendikti Saintek menargetkan pembangunan empat Sekolah Garuda baru yang akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2026/2027. Lokasinya tersebar di:
– Nusa Tenggara Timur (NTT)
– Bangka Belitung
– Kalimantan Utara
– Sulawesi Tenggara
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan Sekolah Garuda Transformasi, yakni pembinaan terhadap SMA unggulan yang sudah ada. Hingga kini, sudah ada 12 sekolah yang masuk program transformasi tersebut.
Strategi Pendidikan di Era Prabowo
Kehadiran dua program pendidikan ini mencerminkan arah baru strategi pendidikan di era Presiden Prabowo:
Sekolah Rakyat → menjawab kebutuhan dasar pendidikan bagi masyarakat miskin dan rentan.
Sekolah Garuda → mencetak talenta unggul Indonesia tanpa batasan latar belakang sosial-ekonomi.
Dengan pendekatan ini, pemerintah berusaha mewujudkan akses pendidikan yang lebih inklusif sekaligus kompetitif, mendorong mobilitas sosial, menutup kesenjangan, dan memperkuat daya saing bangsa. (kim)