BACA JUGA:
disrupsi.id – Medan | Menonton film superhero biasanya menghadirkan ketegangan, tapi siapa sangka pengalaman itu bisa jadi makin dramatis ketika diguncang gempa sungguhan. Inilah yang kami alami pada Juli 2025 lalu di Cinepolis Plaza Medan Fair, saat menghadiri undangan nonton bareng film Superman terbaru.
Undangan itu datang dari Gledy Simanjuntak, AVP Communications Circle Sumatra Indosat Ooredoo Hutchison, yang mengajak sepuluh jurnalis dari berbagai media di Medan untuk menikmati karya terbaru DC Comics.
Ia mengumumkan ajakan nobar tersebut via grup media Indosat Medan yang dihuni 53 orang. Bergegas aku mengisi list, dan ternyata aku bertengger di urutan 9. Jika terlambat sedikit saja, aku pasti kehilangan kesempatan menekuri wajah babang tamvan, David Corenswet.
Film yang disutradarai James Gunn ini menjadi tonggak baru jagat sinematik DC, dengan David Corenswet berperan sebagai Superman dan Lex Luthor kembali hadir sebagai musuh bebuyutan.
Awalnya semua terasa biasa. Popcorn masih utuh, soda belum tumpah, Superman tampil gagah dengan jubah merahnya. Namun, baru setengah film berjalan, layar besar yang menampilkan aksi penyelamatan dunia tiba-tiba terasa seperti simulasi kenyataan. Kursi berguncang, dinding bergetar, dan penonton saling pandang dengan wajah panik.
Bukan efek spesial, melainkan gempa bumi bermagnitudo 5,2 yang mengguncang Aceh Selatan pada Jumat malam, 11 Juli 2025. Menurut BMKG, pusat gempa berada di laut, sekitar 15 kilometer tenggara Kabupaten Aceh Selatan, dengan kedalaman 11 kilometer. Getarannya terasa hingga ke Medan, Karo, dan Deliserdang.
Ditambah lagi, film Superman yang kami tonton mode 3D, yakni sinematik yang memberikan ilusi kedalaman tiga dimensi pada gambar, membuat objek terlihat seolah melompat dari layar dan memberikan kesan lebih hidup dan realistis. Sumpah demi apapun, efek dramatisnya bikin trauma!
Dalam hitungan detik, suasana bioskop berubah jadi kacau. Penonton berlarian keluar, suara kursi berderit menambah kepanikan. Ada yang sambil menenteng minuman, ada pula yang rela meninggalkan camilan. Hampir semua penonton berhamburan dari gedung, demi misi penyelamatan diri.
Di tengah kepanikan itu, ada dua orang yang masih betah duduk di kursi penonton, menunggu aksi pahlawan bumi, yakni: aku, dan Gledy Simanjuntak. Bedanya, aku memilih tetap duduk karena lebih penasaran melanjutkan cerita Superman, sedangkan Gledy justru sibuk dengan ponselnya.
Ia celingak celinguk kesana kemari, mencari rekan-rekan kami yang raib entah kemana, memastikan tim nobar tetap di posisi duduknya.
“Mereka kenapa kabur ya?” tanyanya heran. Sementara itu smartphone-nya masih menempel di telinga, dengan nada berdering, menanti jawaban dari seberang.
Aku terkesiap mendengar pertanyaan perempuan yang hobi melalak ini.
Gimana gak kabur, Gledi. Ini gempa, bukan permainan di wahana. Kita aja yang sinting, ada gempa kuat, tapi asik betul gibahin ketampanan bang David, dan masih sempat-sempatnya bandingin David dan Jungkook BTS, gumamku dalam hati.
Ia terus mencoba menelpon beberapa orang, menanyakan kabar di luar bioskop: apakah ada gedung roboh, pohon tumbang, atau kondisi di luar sana pascagempa. Anehnya, telepon itu tersambung dengan lancar. Tidak ada nada sibuk, tidak ada gangguan sinyal. Di saat bumi berguncang, komunikasi tetap berjalan normal.
Momen itu membuatku sadar: bahwa sinyal Indosat tetap berdiri tegak meski bangunan berguncang.
Pengalaman sederhana ini sebetulnya menegaskan sesuatu yang lebih besar. Menurut keterangan Agus Sulistio, EVP-Head of Circle Sumatra, Indosat Ooredoo Hutchison, Indosat memang sejak lama menyiapkan jaringan dengan standar mitigasi bencana. Artinya, meski terjadi guncangan alam, sistem komunikasi tetap dijaga agar pelanggan bisa terhubung.
“Sejalan dengan upaya ini, Indosat terus meningkatkan keandalan jaringannya, meliputi kesiapan mitigasi untuk meminimalkan potensi gangguan pada jaringan saat terjadi bencana alam, sehingga menjaga komunikasi pelanggan tetap terhubung kapanpun dimanapun,” tegasnya dalam satu sesi wawancara bersama awak media.
Dalam kondisi darurat, komunikasi adalah kebutuhan paling vital. Menelpon keluarga, memastikan kabar, hingga melaporkan situasi. Gagal sinyal bisa berarti kepanikan berlipat. Tapi malam itu, di tengah gempa yang membuat penonton panik berhamburan, sinyal Indosat tidak ikut-ikutan panik.
Superman memang menyelamatkan dunia di layar, tapi di dunia nyata, Indosat yang menyelamatkan komunikasi.
Tentu ada sisi jenaka dari pengalaman itu. Bayangkan, ketika hampir semua orang keluar terburu-buru, aku dan Geldi malah duduk dengan tenang, menonton film, dan tetap santuy pakai kacamata 3D.
Ada yang mungkin berpikir, “Ini orang nggak takut mati?” Padahal, mungkin lebih tepatnya: “Ini orang sudah terlalu tenggelam dalam film.”
Di sisi lain, Gledy yang mengajak kami nonton justru jadi seperti operator darurat. Ia menelepon sana-sini, dan semua panggilan lancar. Kalau ada Superman versi Sumatra, mungkin malam itu adalah Gledy—bukan karena jubah merah, tapi karena ia memakai provider dengan sinyal yang tidak goyah.
Setelah getaran reda, penonton mulai kembali masuk ke studio. Ada yang masih panik, ada yang mencoba bercanda menutupi rasa takut. Film terus berlanjut, dan Superman kembali beraksi melawan musuhnya.
Namun bagiku, aksi paling heroik malam itu bukan di layar, melainkan di genggaman tangan.
Indosat Ooredoo Hutchison berhasil membuktikan bahwa jaringan komunikasinya tetap andal bahkan di tengah bencana. Tidak ada gangguan berarti, tidak ada putus koneksi. Semua lancar, sehingga orang bisa tetap terhubung dengan orang terdekat.
Superman adalah tokoh fiksi yang menyelamatkan manusia dari kehancuran. Tapi malam itu, di Cinepolis Plaza Medan Fair, ada pahlawan lain yang tampil tanpa sorotan kamera: sinyal Indosat.
Boleh jadi pengalaman itu akan jadi cerita yang selalu kuingat. Bukan hanya karena bisa menonton Superman lebih dulu, atau karena diundang langsung oleh Indosat, tetapi karena pernah merasakan sensasi ganda: menonton film aksi sambil mengalami aksi nyata di kursi penonton.
Kalau Superman di layar bisa terbang menembus gedung, maka Indosat di dunia nyata bisa menembus gempa tanpa kehilangan sinyal. Dan bagi banyak orang, itu jauh lebih penting. (dfn)