BACA JUGA:
Disrupsi.id, Washington – Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa militer Amerika Serikat telah melakukan serangan udara ketiga terhadap kapal yang diduga membawa narkoba di perairan internasional pada Jumat (19/9/2025).
Adapun aksi kali ini menewaskan tiga pria yang disebutnya sebagai “narcoterrorists”.
Pengumuman ini menandai eskalasi kampanye Trump untuk memerangi perdagangan narkoba dari Venezuela, dengan total 17 orang tewas dalam tiga serangan sepanjang bulan September ini.
Serangan-serangan tersebut menargetkan kapal-kapal yang menurut pihak Amerika terkait dengan geng kriminal Tren de Aragua, yang dituduh mengirimkan fentanyl dan kokain ke AS.
Serangan ketiga terjadi di perairan internasional dalam wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS (US Southern Command), yang mencakup Amerika Tengah, Selatan, dan Karibia.
Menurut Trump, intelijen AS mengonfirmasi bahwa kapal tersebut sedang melakukan penyelundupan narkotika melalui jalur yang dikenal.
“Serangan ini dilakukan atas perintah saya oleh Menteri Perang, dan tidak ada pasukan AS yang terluka,” tulis Trump di Truth Social, disertai video pengawasan yang menunjukkan kapal meledak dan menghasilkan asap hitam.
Adapun tiga korban jiwa diduga adalah anggota organisasi teroris yang ditetapkan, meskipun Pentagon belum merilis bukti konklusif atau identitas korban.
Ini merupakan kelanjutan dari dua serangan sebelumnya bulan ini, yang juga dilakukan di perairan internasional Karibia tanpa campur tangan langsung pasukan AS di darat. Serangan pertama dilancarkan pada 2 September 2025 di Laut Karibia, menargetkan speedboat yang diduga membawa narkoba dalam jumlah besar untuk Tren de Aragua.
Serangan itu menewaskan 11 orang, termasuk kemungkinan kru Venezuela, meskipun administrasi Trump menyatakan bahwa kapal tersebut sempat berbelok arah, memunculkan pertanyaan tentang ancaman langsung.
Senator Jack Reed (D-RI) mengkritik legalitasnya, menyatakan tidak ada bukti serangan itu dilakukan untuk pertahanan diri di bawah hukum domestik dan internasional.
Serangan kedua terjadi pada Senin, 15 September 2025, juga di Laut Karibia. Trump mengumumkan bahwa tiga warga Venezuela tewas dalam serangan terhadap kapal yang diduga mengangkut narkotika dari Venezuela menuju AS.
Administrasi Trump mengklaim menemukan “kantong besar kokain dan fentanyl di lautan” setelah ledakan, meskipun detail lokasi tepat dan metode serangan tetap samar. Video serupa dirilis, menunjukkan kapal kecil yang diserang dari udara.
Kritik muncul dari berbagai pihak, termasuk pakar hukum yang mempertanyakan apakah penyelundupan narkoba dapat dianggap sebagai “serangan terhadap AS” untuk membenarkan tindakan militer di perairan internasional.
Human Rights Watch menyerukan investigasi independen, sementara Trump menegaskan bahwa serangan ini bagian dari upaya “menghentikan fentanyl, narkotika ilegal, dan terorisme terhadap warga Amerika”.
Pentagon belum mengungkapkan detail lebih lanjut, tetapi menyatakan operasi ini didasarkan pada intelijen akurat untuk melindungi keamanan nasional.
Serangan-serangan ini menandai pendekatan agresif Trump sejak kembali berkuasa, dengan fokus pada “narcoterrorism” sebagai ancaman keamanan.
Saat ini, tidak ada laporan korban sipil atau kerusakan lingkungan signifikan, tetapi para analis memperingatkan potensi eskalasi ketegangan dengan Venezuela.