EkbisOpini

Warung Kecil, Dampak Besar: Lewat Agen Pegadaian Nuraini #mengEMASkanIndonesia

×

Warung Kecil, Dampak Besar: Lewat Agen Pegadaian Nuraini #mengEMASkanIndonesia

Sebarkan artikel ini
Warung Kecil, Dampak Besar: Lewat Agen Pegadaian Nuraini #mengEMASkanIndonesia
Poto : ist

disrupsi.id – Medan | Di sebuah lorong kecil di Medan Labuhan, Sumatera Utara, saya bertemu Nuraini, seorang ibu rumah tangga yang kini menjadi Agen Pegadaian.

Tadinya, ia hanya membuka warung kelontong sederhana di depan rumah. Namun, sejak bergabung dengan program Agen Pegadaian, warungnya tidak lagi sekadar tempat membeli gula dan kopi, tetapi juga menjadi pintu masuk layanan keuangan modern bagi warga sekitar.

Sertifikat JMSI

“Dulu kalau orang mau gadai atau tebus barang, harus naik angkot dua kali ke pusat kota. Sekarang, cukup datang ke sini. Saya bantu prosesnya lewat aplikasi,” ujar Nuraini, sembari menunjukkan ponsel pintarnya yang kini menjadi senjata utama melayani nasabah.

Kisah Nuraini bukan satu-satunya. Di berbagai sudut Medan hingga ke pelosok Tapanuli, agen-agen Pegadaian telah menjelma menjadi simpul penting bagi masyarakat yang selama ini jauh dari akses keuangan formal. Inilah wujud nyata bagaimana pegadaian #mengEMASkanIndonesia dengan menghadirkan layanan inklusif, dekat, dan terpercaya.

Warung Kecil, Dampak Besar: Lewat Agen Pegadaian Nuraini #mengEMASkanIndonesia
Poto ist

Transformasi ini bukan hadir begitu saja. Pegadaian sebagai lembaga keuangan milik negara telah lama dikenal sebagai penyelamat masyarakat kecil yang membutuhkan dana cepat, aman, dan terjangkau.

Namun, seiring perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat ikut berubah. Mobilitas yang tinggi, kemajuan teknologi, serta tuntutan inklusi keuangan membuat Pegadaian tak bisa lagi hanya bergantung pada kantor cabang konvensional. Maka lahirlah konsep branchless services melalui Agen Pegadaian, sebuah inovasi yang menjembatani akses layanan keuangan hingga ke pelosok negeri.

Dari laporan tahunan resmi PT Pegadaian, jumlah agen terus bertumbuh secara signifikan. Tahun 2023 misalnya, tercatat lebih dari 12.000 Agen Pegadaian aktif tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatra Utara.

Angka ini bukan sekadar statistik; ia melambangkan semakin luasnya jangkauan inklusi keuangan yang diupayakan negara. Agen bukan hanya perpanjangan tangan Pegadaian, tetapi juga motor penggerak ekonomi kerakyatan. Banyak di antara mereka yang sebelumnya hanya pedagang kecil atau pemilik toko kini naik kelas dengan menjadi bagian dari ekosistem Pegadaian.

Di Medan, kota yang dikenal sebagai barometer ekonomi Sumatra, keberadaan Agen Pegadaian memiliki arti strategis.

Banyak kalangan masyarakat pekerja informal, seperti pedagang di Pasar Petisah, tukang becak motor di Belawan, hingga petani di Deli Serdang, yang bergantung pada layanan Pegadaian. Namun jarak dan waktu sering menjadi kendala. Dengan adanya agen di sekitar pemukiman, mereka bisa bertransaksi dengan mudah tanpa kehilangan jam kerja. Ini adalah wujud nyata bagaimana pegadaian #mengEMASkanIndonesia, yakni mendorong mobilitas sosial, membuka peluang baru, dan menanamkan kesadaran menabung emas sebagai instrumen investasi yang aman.

Secara akademis, kehadiran Agen Pegadaian sejalan dengan penelitian-penelitian tentang literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Jurnal yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022 menekankan pentingnya jaringan agen sebagai pintu masuk masyarakat bawah ke sistem keuangan formal. Agen terbukti efektif memperluas penetrasi layanan keuangan di kawasan yang jauh dari bank dan lembaga keuangan lainnya.

Dengan kata lain, Agen Pegadaian bukan sekadar inovasi bisnis, melainkan strategi pembangunan nasional di sektor keuangan inklusif.

Tak bisa dipungkiri, digitalisasi menjadi faktor utama yang memperkuat ekosistem Agen Pegadaian. Melalui aplikasi Pegadaian Digital, setiap agen memiliki akses langsung ke sistem inti perusahaan, sehingga semua transaksi tercatat dengan transparan dan aman. Hal ini sekaligus menjawab keraguan masyarakat mengenai keamanan layanan berbasis agen. Inovasi digital juga memungkinkan agen untuk menawarkan lebih banyak produk, dari tabungan emas, pembiayaan syariah, hingga pembayaran tagihan listrik dan pulsa. Dengan demikian, agen benar-benar menjelma menjadi pusat layanan keuangan terpadu bagi masyarakat sekitar.

Namun, cerita tentang Agen Pegadaian bukan hanya soal angka pertumbuhan atau fitur digital. Ada dimensi sosial yang lebih mendalam. Banyak agen yang akhirnya menjadi role model di lingkungannya. Mereka bukan sekadar penyedia layanan, tetapi juga edukator keuangan.

Di Medan, seorang agen bahkan kerap mengadakan arisan emas bersama ibu-ibu sekitar, sekaligus mengajari mereka cara menabung dalam bentuk emas digital. Aktivitas sederhana itu mengubah cara pandang masyarakat terhadap investasi. Dari yang awalnya hanya mengandalkan tabungan tunai di bawah bantal, kini mereka mulai percaya bahwa emas adalah instrumen masa depan.

Ketika berbicara tentang masa depan, banyak pakar menilai bahwa Agen Pegadaian akan menjadi tulang punggung inklusi keuangan nasional. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa, sebagian besar di antaranya masih berada di sektor informal, jaringan agen adalah solusi paling realistis. Layanan ini bukan hanya mempermudah, tetapi juga memerdekakan. Ia membuka jalan bagi jutaan orang untuk bermimpi lebih besar, menata masa depan dengan lebih terencana, dan keluar dari jeratan rentenir yang kerap membebani masyarakat bawah.

Sebagai jurnalis yang telah menyaksikan langsung denyut nadi masyarakat Medan, saya percaya bahwa Agen Pegadaian adalah kisah transformasi nyata. Dari ruang-ruang kecil di pasar tradisional hingga kios sederhana di gang kampung, layanan ini menghadirkan wajah baru ekonomi kerakyatan. Ia menegaskan bahwa modernisasi layanan keuangan tidak harus meninggalkan masyarakat kecil, tetapi justru harus berakar di tengah mereka.

Pegadaian hari ini adalah cerita tentang keberanian untuk berubah, tentang inovasi yang berpijak pada kearifan lokal, dan tentang mimpi kolektif menuju Indonesia yang lebih inklusif. Dan di tengah semua itu, Agen Pegadaian berdiri tegak sebagai bukti bahwa ekonomi kerakyatan bisa bertemu dengan teknologi modern. Bahwa keuangan mikro bisa bersinergi dengan digitalisasi. Bahwa mimpi sederhana seorang ibu rumah tangga di Medan bisa bertemu dengan visi besar sebuah negara.