Disrupsi.id, Jakarta – Di antara deretan pejabat tinggi yang pernah mengelola keuangan Indonesia, nama Marie Muhammad menempati tempat istimewa. Ia bukan hanya menteri yang dikenal cerdas dan disiplin, tapi juga simbol integritas di tengah sistem yang penuh godaan.
Julukan “Mr. Clean” disematkan kepadanya bukan karena pencitraan, melainkan karena kejujurannya yang telah teruji dari masa ke masa.
Marie Muhammad lahir di Yogyakarta pada 3 April 1939. Lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ini awalnya tak berencana meniti karier sebagai birokrat. Ia tumbuh dalam lingkungan yang sederhana, dididik untuk menghargai kerja keras dan kejujuran.
Sebelum memasuki dunia pemerintahan, Marie lebih dikenal sebagai profesional yang rapi dan teliti. Keberhasilannya menarik perhatian pemerintah membuatnya dipercaya memimpin Direktorat Jenderal Pajak, lalu kemudian diangkat menjadi Menteri Keuangan oleh Presiden Soeharto pada 1993.
Sebagai menteri, Marie memegang kunci atas anggaran negara dalam periode ekonomi yang penuh tantangan. Krisis Asia belum tiba, tetapi tanda-tandanya mulai terasa. Ia melakukan reformasi besar di sektor perpajakan dan pengawasan fiskal. Di bawah kepemimpinannya, sistem perpajakan mulai beranjak dari pola manual ke sistem yang lebih transparan. Ia juga memperkuat lembaga-lembaga keuangan negara agar tidak menjadi alat politik. Marie percaya bahwa tugas Menteri Keuangan bukan hanya mengatur uang, melainkan menjaga kepercayaan publik terhadap negara.
Yang membuatnya berbeda adalah gaya hidupnya. Marie Muhammad hidup jauh dari kemewahan yang melekat pada pejabat negara. Ia masih mengemudikan sendiri mobil Kijang tua miliknya — mobil keluaran 1980-an yang menjadi saksi kesederhanaannya.
Pernah suatu kali, kisah itu menjadi bahan pembicaraan di kalangan wartawan: Marie ditolak masuk Istana Negara oleh petugas keamanan karena datang dengan mobil pribadi butut tanpa pelat dinas. Petugas mengira ia bukan pejabat. Bukannya marah, Marie justru tertawa kecil dan memuji petugas itu karena menjalankan aturan dengan benar. “Dia hanya menjalankan tugasnya,” katanya kemudian, tanpa rasa tersinggung sedikit pun.
Kesederhanaan itu bukan sekadar citra. Marie menolak fasilitas berlebihan, tidak pernah memanfaatkan jabatan untuk keuntungan pribadi, dan sering menolak undangan makan malam mewah. Ia datang ke kantor pagi-pagi, pulang tanpa pengawalan, dan tetap bersikap rendah hati terhadap stafnya.
Di tengah birokrasi yang terbiasa dengan simbol-simbol status, sikap itu membuat banyak orang segan sekaligus kagum. Para pegawai di Kementerian Keuangan kala itu menyebutnya pemimpin yang “tidak tersentuh uang.”
Julukan “Mr. Clean” semakin melekat setelah publik melihat hasil kerjanya. Reformasi pajak yang ia bangun membuka jalan bagi sistem modern yang lebih efisien di era berikutnya. Ia juga berani menolak tekanan politik dalam pengelolaan dana publik.
Di bawah kepemimpinannya, Kementerian Keuangan dikenal disiplin dan hemat. Bahkan setelah masa jabatannya berakhir pada 1998, banyak pihak menilai bahwa kejujuran Marie menjadi salah satu alasan mengapa keuangan negara mampu bertahan melewati masa transisi yang sulit pasca-krisis.
Namun Marie tidak berhenti di sana. Setelah meninggalkan kursi menteri, ia memilih jalan pengabdian sosial. Ia memimpin Palang Merah Indonesia selama lebih dari sepuluh tahun dan terjun langsung ke daerah bencana. Di usianya yang tidak muda, ia masih tampak mengangkat karung bantuan, menyalami korban, dan berbicara tanpa jarak dengan relawan. Tak sedikit yang menilai bahwa jiwa pelayan publiknya tidak pernah pudar, bahkan setelah kekuasaan tak lagi ia genggam.
Marie Muhammad meninggal dunia pada 11 Desember 2016. Ia pergi dengan tenang, meninggalkan jejak moral yang sulit dicari tandingannya.
Dalam ingatan banyak orang, ia bukan sekadar pejabat bersih, tetapi manusia yang percaya bahwa kekuasaan tidak harus menjauhkan seseorang dari kesederhanaan.
Kisah Kijang tuanya tetap hidup sebagai simbol bahwa integritas tidak butuh sorotan kamera, dan jabatan bukan alasan untuk melupakan nilai dasar: jujur, rendah hati, dan setia pada amanah. (kim)


