BACA JUGA:
disrupsi.id — Jakarta | Warga Gaza tengah menghadapi gelombang kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gelombang udara dan darat Israel telah memperburuk krisis kemanusiaan hingga banyak yang menyebutnya sebagai titik balik paling suram sejak awal perang.
Pasukan Israel telah memasuki Kota Gaza dalam skala besar, menargetkan jaringan-jaringan militer Hamas yang tersembunyi di tengah-tengah kepadatan warga sipil. Rumah-rumah dihantam, penduduk terpaksa mengungsi, dan suara sirine perang menggema di mana-mana. “Gaza is burning,” ujar pejabat tinggi militer, menggambarkan situasi yang tak bisa dianggap enteng.
Sementara itu, akibat serangan yang terus berlanjut, hampir sembilan dari sepuluh rumah sakit di Gaza rusak atau lenyap total dari peta. Fasilitas medis yang tersisa hanya mampu menangani sebagian kecil dari kebutuhan darurat. Dokter dan tenaga kesehatan harus berjuang dalam kondisi minim, dengan suplai obat, oksigen, dan tenaga medis yang amat terbatas.
Laporan independen dari PBB juga menyuarakan tuduhan serius: tindakan-tindakan yang dilakukan Israel kini dianggap memenuhi banyak kriteria genosida internasional. Tuduhan itu mencakup pembunuhan warga sipil secara massal, pencegahan akses terhadap bantuan hidup seperti makanan dan obat, hingga pengusiran paksa warga dari rumah mereka. Meski demikian, pihak Israel menyebut semua tuduhan tersebut sebagai penilaian yang tidak adil dan politis.
Korban tewas terus bertambah. Gaza menjelma makam raksasa dengan ribuan anak terkubur di sana. Sebuah laporan terbaru menyebut puluhan warga, termasuk anak-anak dan perempuan, menjadi korban dalam serangan udara dan operasi darat yang meluas. Ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal dan akses ke kehidupan normal—air bersih, listrik, kesehatan—semua terancam putus di tengah kekacauan.
Namun kabar kematian kembali datang dengan rupa lebih memilukan. Seorang anak laki-laki ditemukan tewas akibat serangan Israel, memakai kaos jersey bertuliskan nama pemain yang ia idolakan, Messi. Anak yang bermimpi menjadi bintang sepak bola berikutnya, tapi hidup mereka direnggut bahkan sebelum peluit pertandingan dibunyikan.
Sampai saat berita ini diturunkan, tak ada tanggapan dari FIFA, sementara UEFA memilih diam, dan para pemain berlalu begitu saja.
Adapun Lionel Andrés Messi, atau lebih dikenal dengan Lionel Messi, seorang pemain sepak bola profesional asal Argentina yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah itu, bergeming, seolah tak terjadi apa-apa di Palestina. (dfn)