BACA JUGA:
Disrupsi.id, Jakarta – Trump sekali lagi menegaskan bahwa dirinya telah berhasil mendamaikan India dan Pakistan, bahkan dengan cara yang tidak lazim — lewat ancaman tarif perdagangan. Ia menyebut dirinya layak mendapat Hadiah Nobel Perdamaian, meski sampai saat ini penghargaan itu belum diterimanya. Menurut Trump, yang terpenting bukan trofi, melainkan hasil nyata.
“Saya menyelamatkan mungkin ratusan dan jutaan nyawa.”
Dalam acara jumpa pers dari Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump kembali mengklaim dirinya sebagai “juru damai global”—dengan menyatakan ia telah menghentikan delapan perang sejak dilantik Januari lalu.
Menurutnya, ia menggunakan tarif sebagai senjata diplomasi.
“Kamu ingin berdagang dengan kami? Harus mau berdamai.”
Trump mengaku tidak kecewa belum menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025, karena baginya kesuksesan nyata bukan soal penghargaan, melainkan “menyelamatkan ratusan juta nyawa.”
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump kembali menegaskan klaim besarnya:
“Saya tidak berpikir ada Presiden yang menghentikan satu perang pun. Saya menghentikan delapan perang dalam delapan bulan. Apakah saya mendapatkan Nobel? Tidak. Bisa percaya itu? Bahkan saya sendiri bilang ‘itu tidak mungkin. Tidak.’ Tapi saya menduga tahun depan akan lebih baik. Tapi Anda tahu apa yang saya pedulikan? Saya menyelamatkan mungkin ratusan dan jutaan nyawa…”
Pernyataan ini mengulang klaim yang sama yang ia lontarkan sebelumnya, ketika Trump mengatakan bahwa gencatan senjata Gaza adalah perang kedelapan yang berhasil ia bantu selesaikan.
“Ini akan menjadi perang kedelapan yang saya telah selesaikan, dan saya dengar ada perang sekarang antara Pakistan dan Afghanistan. Saya bilang, saya harus tunggu sampai saya kembali. Saya sedang melakukan satu lagi. Karena saya pandai menyelesaikan perang.”
Trump menyebut ekonomi dan perdagangan sebagai alat paling efektif untuk menciptakan stabilitas dunia. Ia mengklaim bahwa Amerika Serikat kini “berkembang sangat baik” dan “menghasilkan ratusan miliar dolar” berkat kebijakan tarifnya. Menurutnya, inilah kekuatan yang membantu menghentikan perang di berbagai kawasan.
Dalam narasinya, konflik antara India dan Pakistan adalah salah satu kisah suksesnya. Trump mengklaim bahwa setelah pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, ia menerima kabar bahwa kedua negara memutuskan untuk menurunkan tensi konflik.
Sebelumnya, ia menyebut akan mengenakan tarif 200% jika mereka terus berkonflik, dan esok harinya ketegangan “mereda.” Menurut Trump, hal ini jadi contoh strategi diplomasi dengan ancaman ekonomi.
“Kita telah memutuskan bahwa kita tidak akan berperang.”
Saat ditanya tentang utusan AS yang baru untuk India -diplomat baru AS untuk India, Sergio Gor, Trump melempar peringatan ringan,
“Kamu harus mewakili kita, bukan pihak sana,” sambil memuji bahwa utusan tersebut akan “melakukan pekerjaan hebat.”
Trump kemudian menegaskan bahwa penggunaan tarif bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi juga alat moral.
“Tarif membuat kita menjadi bangsa yang baik, dan saya suka menggunakan tarif untuk menghentikan perang. Saya suka menghentikan perang.”
Dalam pertemuan para pemimpin dunia di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang membahas solusi perdamaian di Gaza, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif memuji Trump karena keberhasilannya dalam menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sharif juga mendukung klaim Trump bahwa ia telah menghentikan delapan perang.
Menanggapi hal itu, Trump dengan senang hati mengulang kisahnya.
“…Perdana Menteri Pakistan beberapa waktu lalu berdiri, berkata sangat indah, dia bilang, kamu menyelamatkan jutaan nyawa. Dia mengatakan itu di depan sekelompok orang di kantor ini. Dia bilang Presiden menyelamatkan jutaan nyawa. Saya pikir yang dia maksud adalah fakta bahwa itu (konflik) akan sangat dekat dengan perang nuklir dengan India. Itu sudah sangat dekat… Tujuh pesawat telah jatuh.”
Sebelumnya, Sharif juga pernah memberi kredit kepada Trump atas perdamaian antara India dan Pakistan setelah Operasi Sindoor, yaitu serangan balasan India terhadap serangan teroris di Pahalgam, Jammu & Kashmir pada 22 April.
Namun, pemerintah India membantah klaim itu. Menurut mereka, kesepakatan untuk menghentikan permusuhan justru lahir dari pertemuan langsung antar pejabat militer tinggi kedua negara — bukan lewat intervensi pihak luar seperti Amerika Serikat. (kim)