BACA JUGA:
Disrupsi.id, Jakarta – Dunia politik Amerika Serikat berduka. Dick Cheney, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Partai Republik, meninggal dunia pada usia 84 tahun.
Cheney merupakan sosok sentral di balik banyak kebijakan besar Gedung Putih, terutama pada masa kepemimpinan Presiden George W. Bush, ketika dunia diguncang oleh serangan teror 11 September 2001.
Saat Bush dievakuasi ke lokasi aman, Cheney tetap berada di Gedung Putih bersama Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld untuk mengambil alih kendali kebijakan pertahanan. Tak lama setelah itu, pasukan Amerika Serikat dikirim ke Afghanistan untuk memerangi Taliban dan memburu jaringan al-Qaida.
Namun, sejarah akan selalu mengingat Cheney karena keputusannya mendorong invasi ke Irak pada 2003. Bersama Bush, ia meyakinkan dunia bahwa Saddam Hussein memiliki hubungan dengan al-Qaida dan menyimpan senjata pemusnah massal. Kedua klaim tersebut belakangan terbukti salah.
Meskipun kritik deras mengalir, Cheney tetap teguh pada pendiriannya. Dalam salah satu pernyataannya ia menulis bahwa pemerintahan Bush memiliki “kewajiban untuk melakukan apa pun yang diperlukan demi mempertahankan Amerika.”
Menurut Watson School of International and Public Affairs di Universitas Brown, sejak 2001 sedikitnya 800.000 orang tewas akibat kekerasan langsung dalam perang di Irak, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan Pakistan.
Kontroversi dan Citra ‘Darth Vader’
Cheney dikenal luas sebagai politisi keras kepala yang tak segan mengambil keputusan ekstrem. Kebijakan penggunaan penyiksaan terhadap tahanan perang pasca 9/11 tetap ia bela bahkan setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan.
Mantan mahasiswa Yale yang sempat drop out dan menghindari wajib militer di Vietnam itu justru menjelma menjadi raksasa Partai Republik. Ia memulai karier politik di era Richard Nixon, menjadi Kepala Staf Gedung Putih termuda di bawah Gerald Ford, anggota Kongres pada masa Ronald Reagan, Menteri Pertahanan di era George H. W. Bush, dan akhirnya Wakil Presiden di bawah George W. Bush.
Pada Pilpres 2000, Bush muda memilihnya sebagai calon wakil presiden dari perusahaan energi Halliburton, meski Cheney telah mengalami tiga serangan jantung. Namanya sempat menjadi bahan olok-olok publik ketika ia menembak wajah rekannya sendiri dalam perburuan—insiden yang menjadi anekdot terkenal di Washington.
Warisan Politik dan Konflik Generasi
Putrinya, Liz Cheney, meneruskan jejak politik sang ayah dengan menjadi anggota DPR AS dari Wyoming, di kursi yang sama yang dulu diduduki ayahnya. Namun, Liz akhirnya dihukum oleh Partai Republik karena menentang keras Donald Trump dan mengkritik serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.
Dick Cheney sempat mendampingi putrinya dalam peringatan satu tahun tragedi tersebut. Ia menyampaikan “kekecewaan mendalam terhadap kepemimpinan Partai Republik saat ini”, seraya menegaskan:
“Kepemimpinan partai sekarang tidak lagi menyerupai sosok-sosok yang pernah saya kenal selama sepuluh tahun saya di sini. Anda tidak bisa melebih-lebihkan betapa pentingnya peristiwa 6 Januari itu.”
Pada tahun 2024, Cheney membuat gebrakan besar ketika menyatakan akan memilih Kamala Harris ketimbang calon dari Partai Republik, Donald Trump. Ia mengatakan:
“Dalam sejarah 248 tahun negara kita, tidak pernah ada individu yang menjadi ancaman lebih besar bagi republik ini dibanding Donald Trump.”
Ia menegaskan, keputusannya diambil untuk menempatkan negara di atas kepentingan partai dan membela konstitusi Amerika Serikat.
Dalam wawancara dengan The Guardian pada 2018, penulis biografi Cheney, Jake Bernstein, menilai tokoh ini tak pernah berusaha memperhalus citranya.
“Ada semacam upaya rehabilitasi citra terhadap George W. Bush. Dibandingkan dengan Donald Trump, semua orang tampak lebih baik. Tapi Cheney justru menyukai ketika orang memanggilnya Darth Vader. Saya tidak yakin ia pernah berusaha melunakkan citranya,” kata Bernstein.
Cheney mungkin telah berpulang, tetapi warisannya, dari invasi Irak hingga perubahan arah Partai Republik, akan terus menjadi bahan perdebatan dalam sejarah politik Amerika. (kim)













